Senin, 28 Juli 2008

sebuah nama

Carilah makna dalam kata-kata iniNafas manisku adalah sergapanNyaKarena nama-nama identikdengan yang diberi namaadam melihat hakikat lewat nama-nama
(J Rumi)
Nama anak sekarang bagus-bagus dan indah. Saya suka mencermati nama-nama anak para mantan aktivis dakwah kampus. Mereka kebanyakan memberi nama-nama anaknya yang diambil dari bahasa Arab. Artinya sungguh bermakna. Misalnya Azzam (kebulatan tekad), Azmi (keteguhan hati), Faiz (menang) atau Zahra (bunga), Alia (tinggi), Hasna (cantik), Huwaida (yang lemah lembut) dsb.
Saya yakin, mereka memberi nama anaknya tentunya juga punya harap. Agar anaknya mempunyai sifat atau seperti makna yang terkandung dibalik arti nama-nama itu. Ini merupakan sebuah awalan yang bagus untuk pembelajaran. Artinya, ketika mereka (anak-anak itu) berbuat yang tidak baik, mereka akan dibenturkan dengan hakikat nama yang dimilikinya. Dengan demikian akan merasa malu ketika seorang anak melakukan perbuatan yang tidak baik, atau tidak pantas dilakukan.
Tapi ini belumlah cukup.
Justru, yang terpenting adalah mengikutinya dengan pendidikan yang cukup untuk anak-anak itu. Agar kelak di kemudian hari, seorang anak tidak akan terjerumus melakukan berbagai tindakan menyimpang yang digariskan oleh Islam. Akan sangat disayangkan ketika mempunyai nama Muhammad misalnya, dia justru terlibat krimimalitas tingkat tinggi, tukang mabuk-mabukan atau pengguna obat-obatan terlarang. Dengan demikian, sama sekali tak mencerminkan nama mulia yang disematkannya.
Dibalik nama adalah doa.
Ya, ketika kita memberikan nama, harapannya memang begitu. Kita berdoa agar Tuhan, Allah SWT bisa memberikan anugerah atas sifat-sifat yang disematkan pada nama-nama itu. Tapi sekali lagi, seperti yang telah saya singgung diatas, hal itu belum cukup. Allah SWT tentunya akan memberikan anugerah sesuai dengan usaha dan persangkaan hambanya. Nah, usaha tetap harus dilakukan dengan mendidik anak. Tak terkecuali bagi seorang ibu yang misalnya wanita karir sekalipun. Usaha mendidik anak, memberi perhatian, curahan kasih sayang tetap harus dilakukan. Karena memang inilah tugas seorang ibu yang akan berdampak buruk kalau ditinggalkan.
Nah, sekarang saatnya kita bercermin dengan rahasia dibalik nama kita.
Setelah kita membicarakan nama-nama anak jaman sekarang. Kinilah saatnya kita sesekali merenungi nama kita sendiri. Apa arti nama kita, kalau belum tahu, cobalah tanyakan ke orang tua kita, atau carilah sampai ketemu tentang arti nama kita. Kalau sudah, bercerminlah, apakah perilaku kita, sifat kita itu sudah sesuai dengan kekuatan makna atas nama kita.
Kalau sudah, bersyukurlah dan melakukan proses lebih baik dan lebih baik lagi tetap harus dilakukan. Kalaupun belum, yah, tak ada kata lain selain kita memperbaiki diri. Mencoba menemukan jalan baru agar kita bisa menuju proses yang lebih baik dalam bimbingan agama kita. Memang demikianlah yang seharusnya dilakukan. Karena hidup adalah sebuah proses yang tiada henti.. Proses menuju perbaikan atas diri agar sesuai dengan yang digariskanNya.
Selain itu, yang juga sering kali terjadi. Kita kadang tak sadar memberi julukan atau memanggil nama teman kita dengan sebutan yang tak mengenakkan, misalnya Bolot, Panjul, Si Gendut (Botol), kriting, item dsb. Kalau kita sering melakukan itu, cobalah rasakan apabila orang lain juga melakukan hal yang sama kepada kita. Tentu sakit hati bukan. Untuk itu, karena nama adalah doa. Kita panggil dan sebut saja nama-nama yang baik. Agar, mewujud pribadi-pribadi yang baik juga. Karena pribadi yang baik adalah kunci dari peradabann yang unggul.

Rabu, 09 Juli 2008

hal yg paling.................di dunia

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat
dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang
bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar
adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita
tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus
menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan
perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".

Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah
HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu
kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG
AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan
malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi
khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya
berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia
masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan
sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita
atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini
adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya
menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "

Jenuh

ada saatnya kita merasa

jenuh dalam hidup

apa yang kita lakukan

tidak membawa kebahagiaan

kejenuhan

rasa bosan

dan kehampaan

timbul ketika kita

tak bisa menikmati

apa yang kia lakukan

kita mungkin telah salah

memahami hidup ini

bahkan

yang kita perbuat adalah kesalahan

disaat seperti ini,

merenung adalah obat

kita perlu mengintropeksi diri

dan mengumpulkan kekuatan yag bererakan

dan yang pasti

kita bukannya menikmati kebodohan kita

kejenuhan bukan berarti kita kalah

kita hanya perlu sedikit waktu jeda

lalu kembali untuk menang.